Viral Ruang Kelas Darurat SDN Tumbang Lampahung, Disdikpora Gunung Mas: “Itu Sudah Menjadi Perhatian Kami”

Kepala Disdikpora Gunung Mas, Aprianto, dengan tegas membantah tudingan bahwa pihaknya lalai dalam menangani persoalan infrastruktur pendidikan.

Gunung Mas, Lembarfakta.com – Kehebohan di media sosial soal kondisi ruang kelas darurat yang memprihatinkan di SDN Tumbang Lampahung akhirnya mendapat respons resmi dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Gunung Mas.

Kepala Disdikpora Gunung Mas, Aprianto, dengan tegas membantah tudingan bahwa pihaknya lalai dalam menangani persoalan infrastruktur pendidikan. Dalam sebuah video yang beredar di akun TikTok Uluh Itah, dia mengungkapkan kebenaran yang selama ini tidak diketahui publik.

“Sebelum viral, ini sebenarnya sudah menjadi perhatian kami dan akan kami rencanakan di anggaran tahun 2026,” kata Aprianto dengan nada tegas, seolah ingin meluruskan persepsi miring yang berkembang.

Yang menarik, ternyata inisiatif pembangunan ruang kelas darurat justru datang dari bawah. Pada Juli lalu, komite sekolah bersama para guru telah bergerak membangun kelas darurat atas prakarsa sendiri dan orang tua siswa. Kepala Sekolah SDN Tumbang Lampahung, Friskila, bahkan telah melaporkan kondisi ini.

Aprianto mengakui keterbatasan waktu menjadi kendala utama dalam perubahan anggaran. Menurutnya, pembangunan dua ruang kelas permanen yang dibutuhkan memerlukan waktu pengerjaan yang cukup lama hingga finishing selesai.

“Untuk ruangan yang dibutuhkan itu ada dua kelas, dan karena waktu yang cukup lama untuk pengerjaan sampai dengan finishing hingga selesai, sehingga kami menganggarkan itu di tahun 2026,” jelasnya.

Fakta yang tidak banyak diketahui adalah besarnya tanggung jawab yang dipikul Disdikpora Gunung Mas. Mereka harus membina tidak kurang dari 178 SD, 58 SMP, serta 13 TK/PAUD yang tersebar di seluruh Kabupaten Gunung Mas.

“Banyak daerah-daerah yang menjadi prioritas sasaran dan menjadi tanggung jawab kami untuk melengkapi sarana-prasarana sekolah,” kata Aprianto, memberikan gambaran besarnya tantangan yang dihadapi.

Dengan kondisi geografis Kalimantan Tengah yang menantang dan keterbatasan anggaran, prioritas pembangunan harus disesuaikan dengan kebutuhan tiap wilayah secara cermat dan bertahap.

Sementara itu, siswa-siswa SDN Tumbang Lampahung tetap harus melanjutkan kegiatan belajar mengajar di ruang darurat sambil menunggu realisasi pembangunan permanen di tahun 2026. (fr)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *